Tim Pengmas FK UI Berikan Edukasi tentang Bahaya Minyak Jelantah bagi Kesehatan dan Jaringan Tubuh

Tim Pengmas FKUI Berikan Edukasi tentang Bahaya Minyak Jelantah bagi Kesehatan dan Jaringan Tubuh

Jakarta, 26 Juli 2024 – Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (Pengmas) dari Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) melakukan penyuluhan kesehatan kepada warga RW 03 dan Posyandu Lansia Dahlia, Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, pada Kamis, 27 Juni 2024. Materi penyuluhan adalah seputar bahaya yang dapat timbul akibat konsumsi makanan yang dimasak dengan menggunakan minyak yang digunakan secara berulang atau yang lebih dikenal dengan sebutan minyak jelantah.

Ketua tim Pengmas, dr. Dewi Sukmawati, M.Kes., Ph.D., mengatakan bahwa pada umumnya minyak goreng digunakan sebagai pengolah makanan sehari-hari dan merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok. Dalam keseharian rumah tangga, minyak goreng cenderung digunakan secara berulang dan menghasilkan limbah berupa minyak jelantah.

“Penggunaan minyak jelantah inilah yang patut diwaspadai oleh masyarakat. Minyak jelantah merupakan minyak goreng sisa yang bekas dipakai untuk menggoreng beberapa kali, bahkan bisa lebih dari tiga kali. Penggunaan dan pemanasan berulang minyak goreng dapat menyebabkan kerusakan pada minyak, mengubah kandungannya menjadi berbagai senyawa yang dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat,” kata dr. Dewi.

Ketua Pelaksana Kegiatan Pengmas, dr. Lia Damayanti, M.Biomed., Sp.PA., menyebutkan ada sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh tim dalam pengabdian kali ini. “Selain penyuluhan, kami juga memberikan layanan kesehatan kepada warga berupa pemeriksaan tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah. Ketiga pemeriksaan ini cukup penting dan sering digunakan sebagai parameter untuk memantau kesehatan lansia secara berkala. Warga juga berkesempatan untuk langsung berkonsultasi dengan dokter selama pemeriksaan kesehatan,” ujarnya.

Dr. Lia menyampaikan bahwa layanan kesehatan yang diberikan kepada warga dilakukan oleh para dokter dari Departemen Histologi FK UI, yaitu dr. Atikah Chalida Barasila, M.Biomed., Sp.Ak; Prof. dr. Jeanne Adiwinata Pawitan, MS, Ph.D; dr. Radiana Dhewayani Antarianto, M.Biomed., Ph.D; dan dr. Rahimi Syaidah, Ph.D.

Sementara itu, edukasi tentang bahaya penggunaan minyak jelantah bagi kesehatan dan jaringan tubuh disampaikan oleh dr. Ahmad Aulia Jusuf, Ph.D. Masyarakat yang hadir diberikan berbagai penjelasan mengenai sumber-sumber minyak goreng, dampak pemanasan atau penggunaan berulang minyak goreng, tanda-tanda minyak goreng yang sudah rusak, dan dampak konsumsi minyak jelantah bagi kesehatan dan jaringan tubuh.

Selain itu, warga juga diberikan pemahaman bahwa pemanasan berulang pada minyak goreng dapat menyebabkan perubahan kandungan senyawa dalam minyak dan menghasilkan senyawa yang berpotensi menyebabkan kanker (karsinogenik). Penggunaan minyak jelantah ini juga bisa menghasilkan senyawa radikal bebas yang berbahaya bagi jaringan dan organ tubuh seperti pembuluh darah dan jantung, serta dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

Minyak goreng merupakan salah satu bahan memasak yang paling penting. Minyak goreng dapat berasal dari berbagai sumber seperti kelapa (coconut oil), kelapa sawit (palm oil), jagung, dan biji bunga matahari. Sumber minyak goreng utama yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah yang berasal dari kelapa sawit. Konsumsi minyak goreng di Indonesia cukup tinggi. Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga nasional pada tahun 2023 mencapai 2,66 juta ton per tahun. Minyak goreng ini, selain sebagai sumber bahan memasak, juga merupakan salah satu sumber kalori bagi masyarakat. Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa jumlah kalori dari konsumsi minyak goreng pada masyarakat adalah sekitar 253 kalori per kapita per hari, yang setara dengan 12% dari total asupan kalori harian masyarakat yang sebesar 2.088 kilokalori per kapita per hari.

Pada akhir kegiatan, diadakan sesi tanya jawab dan pemberian hadiah bagi warga yang dapat menjawab pertanyaan dari narasumber. Sesi ini cukup meriah terlihat dari antusias warga dalam menjawab pertanyaan. Saat diminta untuk memberikan kesan, perwakilan warga menyatakan senang dengan kegiatan ini dan berharap kegiatan seperti ini dapat berlanjut secara rutin untuk memantau kesehatan masyarakat dan juga memberikan pengetahuan lebih tentang masalah kesehatan terkait konsumsi minyak jelantah.

Sumber: fk.ui.ac.id